Rabu, 09 Januari 2019

Objek Wisata Religi di Pulau Bangka Belitung - Pulau Bangka bisa jadi alternatif tujuan wisata anda bersama keluarga untuk mengisi hari libur, melepas kepenatan dan menyeimbangkan hidup. Ada banyak pantai dan kuliner lezat yang bisa anda nikmati di pulau timah ini.
Objek Wisata Religi di Pulau Bangka Belitung

Nah, selain pantai, kuliner, dan budaya ada juga objek wisata lain yang menarik untuk anda kunjungi di Bangka. Salah satunya adalah objek-objek wisata religi atau keagamaan. Mulai dari masjid bagi yang muslim, kuil, vihara atau kelenteng hinggan greja dan goa maria pelindung segala bangsa.

Untuk mengisi waktu liburan, mengunjungi objek wisata rohani memang layak dipertimbangkan. Bukankah Tuhan bisa kita dekati dalam segala kondisi. Tak terkecuali saat kita sedang menikmati liburan.

puri tri agungBerikut kami sajikan beberapa objek wisata religi yang cukup populer di Bangka yang patut anda kunjungi, sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing.

1. Goa Maria Pelindung Segala Bangka, Belinyu

Goa Maria Bunda Pelindung Segala Bangsa atau yang lebih dikenal dengan sebutan ‘Goa Maria‘, merupakan salah satu destinasi wisata favorit di kota tua Belinyu, Bangka. Goa Maria dibangun di atas sebuah bukit yang bernama Bukit Mo Thian Liang, yang berarti bukit menggapai langit. Lokasi bukit itu terletak di belakang gereja Katolik Belinyu. Goa ini telah diresmikan sebagai tempat ziarah pada 8 Desember 1999.

Untuk Jalan salib bisa dilaksanakan siang atau malam, mengelilingi belakang Goa Maria, kini sudah disediakan lampu penerangan untuk malam hari. Lokasi ini sangat tenang karena berada di hutan alami yang dibuat sedemikian rupa untuk prosesi Jalan Salib dengan 15 titik pemberhentian. Bila membutuhkan Romo Pendamping bisa menghubungi Pastoran Paroki Belinyu Santa Perawan Maria Yang Dikandung Tanpa Noda.

2. Keuskupan Yong Fo dan Goa Maria

Nama Gua Maria Yung Fo diambil dari nama daerah dimana gua ini berada yakni daerah Yung Fo di kota Pangkalpinang yang merupakan ibukota propinsi. Jarak dari lapangan terbang Depati Amir 10km dengan lama perjalanan sekitar 15 menit. Setiap Hari Selasa ke 2 diadakan Misa di Gua Maria Yung Fo, dimulai jam 17:00.

Gua Maria Yung Fo sekarang ramai menjadi tempat tujuan ziarah. Penziarahan dapat diawali dari Gereja Katedral lalu menuju ke Gua Maria Yung Fo – Pangkalpinang dan berakhir di Gua Maria Bunda Pelindung Segala Bangsa – Belinyu. Jarak Pangkalpinang – Belinyu 90 km dengan lama perjalanan sekitar 2 jam.

3. Puri Tri Agung

Keindahan puri tri Agung patut dikunjungi bagi wisatawan yang tour ke Pulau Bangka. Diapit oleh perbukitan di belakangnya dan hamparan pantai Tikus dengan laut lepasnya membuat mata tak bosan saat memandanginya. Ornamen khas kuil-kuil Budha di Cina menambah daya tarik pengunjung.

Sejak diresmikan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saefudin, Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Rustam Efendi 18 Januari 2015 silam, kawasan puri tri Agung menjadi salah satu andalan wisata religius di Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Puri Tri Agung yang merupakan tempat ibadah Umat Budha lebih dikenal oleh masyarakat Kota Sungailiat dengan sebutan Kuil Shaolin.

Dari Kota Pangkalpinang ibukota Povinsi Kepulauan Bangka Belitung hanya berjarak 35 km dengan jalan aspal mulus hingga ke puri tri Agung. Sulit menggambarkan keindahan kawasan ini jika tak datang langsung untuk menikmati pemandangannya.

Menurut Johanes Then, konsep didirikannya puri tri Agung yang memakan dana miliaran rupiah dari para donatur ini tak hanya bertujuan untuk ibadah umat Budha saja. Namun juga dibuka untuk umum guna menarik wisatawan ke Pulau Bangka.

4. Kelenteng Kwan Tie Miaw

Kelenteng Kwan Tie Miaw merupakan salah satu kelenteng tertua yang ada di Pulau Bangka. Kelenteng ini terletak di jalan Mayor Muhidin, Pangkalpinang. Dulunya bernama kelenteng Kwan Tie Bio. Kelenteng ini diperkirakan dibuat pada tahun 1841 Masehi (dari aksara cina pada sebuah Lonceng besi di kelenteng). Pembangunannya sendiri dilakukan secara gotong royong oleh berbagai kelompok Kongsi penambangan timah yang ada di Pangkalpinang, dan diresmikan pada tahun 1846.

Pada Kelenteng tertua di Pangkalpinang ini terdapat hiasan buah Labu (Gourd) di puncak atap kelenteng dan adanya lambang Patkwa (Pakua) di depan kelenteng yang di tengahnya ada lingkaran hitam putih (Ying dan Yang), Patkwa (Pakua) melambangkan keberuntungan, rejeki atau kebahagiaan. Nama kelenteng sudah dua kali mengalami perubahan, pada masa Orde Baru kelenteng ini bernama Amal Bhakti.

Pada tahun 1986 bagian depan kelenteng terkena pelebaran jalan sehingga pekarangan depan, pintu serta tembok depan mundur beberapa meter, bagian altar Kuan Tie tetap utuh dan bagian depan dibangun menjadi 2 lantai. Pada Tanggal 22 Februari 1998 terjadi kebakaran yang menghanguskan seluruh bangunan kelenteng kecuali pada bagian kiri bangunan, sejak itu dilakukanlah pemugaran kembali dipimpin oleh Jamal seorang ahli dalam kelenteng dan pembuatan patung dan rehabilitasi selesai seperti bentuk sekarang serta diresmikan pada tanggal 5 Agustus 1999 dengan nama kelenteng Kwan Tie Miau.

Kawasan Kelenteng Kwan Tie Miaw ini sekarang ditambah dengan lokasi Gang Singapur dan Pasar Mambo sedang dikondisikan sebagai salah satu objek dan daya tarik wisata Kota Pangkalpinang yaitu wisata budaya, wisata belanja dan wisata kuliner. Lokasi ini diupayakan menjadi China Town (untuk mengingatkan kepada wajah kota lama Pangkalpinang yang sangat dipengaruhi oleh rumah rumah dan kelenteng Cina) dan dijadikan juga sebagai pusat upacara peringatan hari Raya Imlek, puncak hari raya Cap Go Meh, kegiatan Sembahyang Rebut dan kegiatan Pot Ngin Bun. Kegiatan Pot Ngin Bun merupakan satu satunya ritual yang ada di kelenteng Kwan Tie Miaw. Kegiatan ini dilakukan untuk menolak bala dan segala wabah penyakit yang mewabah di Masyarakat seperti wabah Beriberi yang mewabah di Bangka sekitar tahun 1850-1860.

5. Pemandian Suci Dwi Kuan In

Tempat ini berada dikaki bukit dan terdapat aliran air sungai, yang terletak di Desa Jelitik Kecamatan Sungailiat sekitar 15 km dari Kota Sungailiat.

Menurut kepercayaan masyarakat air tersebut dapat menyembuhkan penyakit, menjadi awet muda atau meminta sesuatu yang diinginkan. di vihara ini juga tersedia kolam pemandian dan vihara kecil untuk sembahyang.

6. Masjid Kayu
Objek Wisata Religi di Pulau Bangka Belitung

Masjid Kayu Tua Tunu terletak di kawasan hutan di Desa Tua Tunu, Pangkalpinang. Kawasan Masjid ini masih berupa kawasan hutan dan kebun masyarakat, namun dilengkapi dengan galeri dan model kampong Bangka di masa lalu. Kawasan ini dirintis dan dikelola Kelekak Community.

Untuk menuju kawasan Masjid, dapat mengikuti papan petunjuk arah yang dipasang dari sebuah gang kecil di sebelah Masjid Raya Tua Tunu, Pangkalpinang. Jalan menuju kawasan ini masih berupa jalan kampong yang tidak di aspal dan di beberapa bagian lebarnya hanya cukup untuk 1 kendaraan mobil penumpang. Sepanjang jalan kampong tersebut dapat dilihat kebun-kebun warga seperti kebun sayuran, kebun lada dan kebun nanas, serta melewati sungai yang airnya masih jernih dan sering digunakan penduduk warga untuk mencuci dan mandi.

Masjid Kayu Tua Tunu baru dibangun di akhir tahun 2012. Dinamakan Masjid Kayu karena memang bangunan ini seluruhnya terbuat dari kayu. Kayu yang digunakan adalah kayu Cempedak dan Meranti yang diharapkan tahan rayap. Masjid ini mengambil bentuk awal Masjid Jami’ Pangkalpinang yang memiliki 5 tiang kayu di dalamnya.

Suasana yang masih asri dan jauh dari hiruk pikuk kota menjadikan kawasan ini tempat beristirahat yang nyaman. Meskipun demikian, pada hari libur, kawasan ini akan ramai dikunjungi orang serta para pesepeda yang menjelajah alam disekitar Kawasan Masjid.

7. Masjid Jamik
Objek Wisata Religi di Pulau Bangka Belitung
Masjid Jamik merupakan salah satu masjid terbesar di Pangkalpinang, dibangun pada tanggal 3 Syawal 1355 H atau bertepatan dengan tanggal 18 Desember 1936 M,terletak di jalan Masjid Jamik, pada 02°07¢47² LS – 106°06¢44² BT (48 M 0623692 mU – 9764561 mT).

Masjid didirikan oleh penduduk Kampung Dalam dan Kampung Tengah Tuatunu yang pindah ke wilayah Pangkalpinang dan mendirikan kampung dengan nama atau toponim yang sama dengan kampung asalnya di Tuatunu yaitu Kampung Tengah dan Kampung Dalam.

Bentuk fisik awalmasjid semi permanen, berlantai semen berdinding papan, beratap genteng, bila dilihat dari atas berbentuk seperti piramida. Bangunannya bertingkat tiga, pada bagian bawah dipergunakan untuksholat dan pengajian. Di bagian tingkat tengah berfungsi sebagai tempat menyimpan kitab-kitab kuning, buku-buku agama, tikar dan alat perlengkapan masjid lainnya, sedangkan di bagian tingkatan atas berfungsi sebagai menara untuk Muazin mengumandangkan azan.

Pada tahun 1950-1954 M, masjid direnovasi dengan dana partisipasi dari masyarakat di pulau Bangka dan menurut catatan, Wakil Presiden RI, Drs. Mohammad Hatta ikut menyumbang sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah). Pada tahun 1955-1961 Masehi, renovasi dilanjutkan untuk penyelesaian akhir bangunan masjid dan pembangunan menara masjid setinggi 23 meter.

Peresmian selesainya renovasi masjid dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 1961. Salah satu keunikan masjid Jamik adalah antara tangga depan (berbentuk setengah lingkaran) dengan atapnya dihiasi oleh tiang penyangga kecil sebanyak 6tiang (3 tiang di sebelah kanan dan 3 tiang di sebelah kiri) dapat diartikan sebagai Rukun Iman.Masjid memiliki 4 tiang utama sesuai jumlah khalifaturrasyidin, memiliki 5 pintu masuk, 3 di depan dan 1 disamping kiri dan 1 di samping kanan serta terdiri atas 3 undakan atau tingkatan dengan 1 kubah. Masjid Jamik adalah salah satu.


EmoticonEmoticon